Menu Tutup

Mikel Arteta: Dari Asisten Pep ke Arsitek Arsenal yang Lagi Bikin London Merah Lagi

Dulu dikenal sebagai gelandang yang kalem dan punya passing rapi, sekarang Mikel Arteta berubah jadi salah satu pelatih paling menjanjikan di Eropa. Dari duduk di sebelah Pep Guardiola sampai akhirnya berdiri sendiri di pinggir lapangan Emirates, Arteta nunjukin kalau jadi “murid” bukan berarti lo cuma bakal jadi salinan—kadang justru jadi versi upgrade.

Bersama Arsenal, dia pelan-pelan bangun ulang tim yang dulu udah lama haus gelar dan identitas. Bukan lewat transfer gila-gilaan, tapi lewat filosofi, disiplin, dan taktik yang detail banget.


Awal Karier: Dari San Sebastián ke Goodison Park

Mikel Arteta lahir di San Sebastián, Spanyol, 26 Maret 1982. Karier mudanya dimulai di Real Sociedad, tapi akhirnya lebih dikenal saat hijrah ke PSG (loan) dan kemudian Rangers (Skotlandia). Di situ dia nunjukin kalau dia bukan gelandang sembarangan—passing akurat, positioning pinter, dan punya visi yang jernih.

Tapi namanya makin dikenal dunia pas dia pindah ke Everton. Di sana dia jadi otak lini tengah, salah satu pemain paling konsisten di era Premier League 2000-an. Gayanya lebih ke otak tim, bukan fisik atau flair. Dia main simpel, tapi efektif.

Akhir kariernya ditutup di Arsenal, dari 2011–2016, dan langsung dipercaya jadi kapten. Bahkan saat kakinya udah mulai berat, otaknya tetap tajam. Tanda awal bahwa dia bakal jadi pelatih masa depan udah kelihatan.


Belajar dari yang Terbaik: Asisten Pep di City

Setelah pensiun, Arteta langsung diajak Pep Guardiola buat gabung Manchester City sebagai asisten pelatih. Di situ dia dapet “masterclass” langsung soal pressing, positional play, dan gimana cara ngatur tim di era modern.

Banyak yang bilang Arteta itu kayak “harddisk taktik berjalan.” Dia perhatiin detail kecil—dari body orientation pemain sampai jarak antar lini pas transisi. Bahkan pemain City waktu itu, termasuk Sterling dan Sane, ngaku kalau Arteta punya peran besar bantu mereka berkembang secara individu.


Balik ke Arsenal: Awalnya Diragukan, Sekarang Ditakuti

Desember 2019, Arteta resmi jadi manajer Arsenal. Banyak yang skeptis: belum pernah jadi pelatih utama, masih muda, Arsenal lagi berantakan banget. Tapi dia datang bawa satu hal yang Arsenal udah lama kehilangan: arah.

Awal-awal emang gak stabil. Tapi pelan-pelan, kelihatan banget fondasi yang dia bangun. Disiplin, intensitas latihan tinggi, pemain muda diberi peran, dan struktur tim makin rapi.

Puncaknya? Arsenal juara FA Cup 2020 di musim pertamanya. Lawan Chelsea di final, dan Arteta outclassed mereka. Sejak saat itu, dia pelan-pelan mulai bawa Arsenal naik level.


Gaya Melatih: Gabungan Pep dan Gaya Sendiri

Orang sering bilang Arteta itu “Pep versi 2.0”. Tapi kalau lo perhatiin, dia punya gaya sendiri. Emang ada pengaruh Pep: high line, build-up dari belakang, kontrol bola. Tapi Arteta lebih fleksibel.

Dia gak terlalu saklek sama formasi. Kadang 4-3-3, kadang 3-2-5 waktu build-up, dan sering banget ngasih peran unik ke pemain (kayak Zinchenko jadi inverted fullback atau Havertz jadi hybrid 8-9).

Satu hal yang pasti: tim Arteta mainnya structured banget. Setiap gerakan ada alasannya. Dan pressing-nya? Gak asal lari, tapi sistematis.


The New Arsenal: Muda, Lapar, Disiplin

Arteta pelan-pelan bersihin skuad dari “mental lemah” dan mulai bangun ulang dari nol. Pemain kayak Özil, Aubameyang, Mustafi out. Diganti anak muda kayak Saka, Martinelli, Ødegaard, Saliba—yang bukan cuma jago, tapi cocok sama visi tim.

Dia juga ngerekrut pemain yang bukan sekadar bagus di lapangan, tapi punya mentalitas kuat. Declan Rice, Gabriel Jesus, dan Ben White misalnya, punya DNA kerja keras dan siap ngelakuin apapun buat tim.

Musim 2022–2023 dan 2023–2024, Arsenal dua kali jadi penantang serius gelar Premier League. Meski belum juara, Arsenal udah berubah: dari tim yang suka dicengin, jadi tim yang ditakuti.


Sisi Lain Arteta: Disiplin Banget, Tapi Deket sama Pemain

Arteta bukan tipe pelatih friendly-friendly banget. Tapi dia resmi banget urusannya. Lo main bagus, lo main. Lo nyusahin, lo out. Contoh? Aubameyang dicoret karena masalah disiplin. Gak peduli bintang atau kapten—kalau gak ngikutin standar, cabut.

Tapi dia juga care. Pemain muda kayak Saka atau Nketiah sering bilang kalau Arteta bantu banget mereka berkembang. Dia bukan pelatih yang manis di kamera, tapi lo tahu dia niat banget bangun tim ini buat jangka panjang.


Kesimpulan: Mikel Arteta, Sang Arsitek Modern yang Ngebangun Arsenal dengan Visi Jelas

Mikel Arteta adalah pelatih generasi baru yang ngasih harapan ke klub-klub besar yang lagi krisis identitas. Dia buktiin bahwa lo gak butuh jadi pelatih senior atau punya CV mewah buat bangun tim juara—asal punya filosofi jelas, berani ambil keputusan, dan tahan banting di momen susah.

Arsenal sekarang bukan sekadar tim yang main bagus, tapi tim yang punya DNA baru. Dan itu hasil kerja keras Arteta, dari pinggir lapangan sampai ruang ganti.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *